Rabu, 16 Februari 2011

Novel Asyik 4Salim

Banjar di siang hari..

Matahari hampir tegak lurus dengan orang-orang yang sedang sibuk beraktifitas di kota kecil itu. Temperature-nya mungkin sekitar 30 derajat atau lebih. Sudah beberapa bulan ini memang air hujan enggan untuk turun ke bumi, karena ia menunggu titah Sang Pencipta untuk jatuh di waktu yang tepat..


Di salah satu sudut kota, tampak kumpulan orang memadati satu-satunya stasiun kota yang sudah berumur puluhan tahun itu. Beberapa orang sudah terbiasa menghabiskan hari di sini.. mas-mas yang memangku dagangan asongan, si mbok yang menggendong bakul berisi sayur dan lontong untuk membuat pecel, lelaki paruh baya yang membawa beberapa tangkai mainan boneka kertas, sekilas mirip wayang kulit.. juga sekumpulan anak-anak yang membawa susunan tutup botol yang ia rangkai dalam sabatang kayu untuk mengiringinya melantunkan lagu-lagu indah di dalam kereta nanti..

Semua tempat duduk sudah dipenuhi oleh calon penumpang yang hendak bepergian meninggalkan kota Banjar, entah ke arah Barat atau Timur.. tapi kalo dilihat dari cara berpakaian mereka dan barang bawaannya, kemungkinan mayoritas dari mereka adalah calon penumpang kereta Pasundan yang tidak lama lagi akan sampai di stasiun ini, dan siap mengantarkan para penumpang hingga ke ujung Timur pulau Jawa.

Ya, alat transportasi ini masih menjadi primadona masyarakat, terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah. Selain murah, setiap orang bebas membawa barang apa pun yang hendak mereka sertakan.. mulai dari karung, dus, sepeda, bahkan sesekali terdengar kokok ayam di bawah kursi penumpang. Tidak usah dibayangkan tentang kenyamanan selama perjalanan. Namun walau bagaimana pun, kereta itu tetap setia mengantarkan mereka ke tempat tujuan.. setiap hari.. dari Barat ke Timur, dari Timur ke Barat.. dan menjadi saksi segala peristiwa, kebahagiaan dan kesedihan jutaan orang yang ada di dalamnya..

Siang itu.. seorang pemuda berjaket hitam sedang asyik membaca buku di salah satu tempat duduk di stasiun. Tas ransel berukuran sedang ia simpan tepat di depan kakinya. Sesekali ia tersenyum, sesekali ia mengernyitkan dahi, dan lain waktu ia terlihat tertegun, berfikir serius dan mengangguk-anggukkan kepalanya.. ternyata ia sedang mambaca sebuah novel, novel berjudul "Ayat-Ayat Cinta" karangan Habiburrahman El Shirazy, yang baru ia beli beberapa hari yang lalu dari Masjid Kampus sebelum pulang ke Banjar. Novel yang sarat hikmah, mengandung motivasi, inspirasi, dengan tidak melupakan unsur-unsur sastra dan romantisme dalam ceritanya. Ia yakin suatu hari nanti novel ini akan menjadi best seller, dan layak mendapatkan penghargaan..

Oh ya, namanya Aga, Aga Mahardika.. namun neneknya biasa memanggilnya Adin.. seorang Mahasiwa di salah satu perguruan tinggi ternama di Jogjakarta. Saat ini ia baru memasuki semester 3 perkuliahannya..

Dan yang ditunggu-tunggu pun datang..

TUT TUUUT TUT TUUUUUT!!!!

Suara kelaksonnya melengking membangunkan si Mbah yang sedang tidur lelap di samping Adin, ternyata ia hendak pergi ke Sidareja. Dengan tanpa komando, secara serempak orang-orang bangun dari tempat duduknya dan menghampiri kereta yang hampir berhenti..

Sesaat setelah pintu dibuka, orang-orang dengan serta merta berdesak-desakan untuk bisa masuk dan mendapatkan tempat duduknya masing-masing. Adin yang tau kemana si Mbah yang duduk bersamanya tadi akan pergi mencoba membantunya untuk masuk dan mencarikan tempat duduk untuk beliau.. namun usaha Adin sia-sia.. alih-allih bisa mendapatkan kursi kosong untuk si Mbah, untuk jalan di lorong itu pun cukup sulit saking penuhnya. Dengan sedikit berdesak-desakkan Adin menuntun si Mbah ke tengah gerbong yang agak longgar.. dan tiba-tiba seorang perempuan berkerudung merah bangkit berdiri dan berkata,

"Bu, silahkan Ibu duduk di sini..."

Adin pun menuntun si Mbah ke tempat duduk perempuan berkerudung merah tersebut.

"Terima kasih ya Nduk..", ucap si Mbah sambil tersenyum..

Adin pun menyusul mengucapkan terima kasih, "Terima kasih Mba.."

Tanpa sengaja Adin mengangkat kepalanya dan melihat wajah perempuan berkerudung merah tersebut.. dan.. SUBHANALLAH... lirihnya dalam hati.. dan seketika Adin menundukkan kembali pandangannya sambil beristighfar.. ada desiran halus di dalam hatinya ketika melihat wajah perempuan tersebut.. dan Adin tau bahwa setan akan memainkan peranannya waktu itu..

"Sama-sama Mas.. " Suaranya yang halus sekali lagi menggetarkan hati Adin, kembali dia memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang tau akan kelemahan manusia..

Adin dan perempuan berkerudung merah itu kini berdiri dengan jarak yang tidak begitu jauh. Cukup lama keduanya terdiam hingga akhirnya perempuan berkerudung merah pun membuka pembicaraan..

"Neneknya Mas?"

"Oh.., eh.., bukan Mba.. Tadi kami kenalan di Stasiun.. beliau mau ke Sidareja.." Jawab Adin agak sedikit gugup.

"Oh saya kira neneknya Mas.. memang Mas sendiri mau ke mana?"

"Saya mau ke Jogja Mba.."

"Ke Jogja? sama dong Mas.. saya juga mau ke Jogja.. Mas kuliah ya? kuliah dimana? jurusan apa? angkatan berapa?" perempuan itu tampak antusias mengetahui pemuda yang ada di hadapannya sama-sama akan pergi ke Jogja, dan ia senang ada teman untuk berbincang selama di perjalanan..

"Saya kuliah di UGM jurusan ELINS angkatan 2004″

"Oh ya? Kebetulan.. Saya juga kuliah d UGM lho Mas, jurusan Kedokteran.."

HAH! KEDOKTERAN UGM? hati Adin sangat kaget mendengar bahwa perempuan yang berada di hadapannya ini, dengan penampilan sederhana, menggunakan baju putih bermotif bunga, bercelana jeans dan menggendong tas ransel.. rasanya sulit dipercaya kalo dia mahasiswi Kedokteran UGM, bagaimana mungkin anak Kedokteran UGM, perempuan, mau naik kereta ekonomi seperti ini sendirian.. banyak tanda tanya di dalam hati Adin..

Sementara perempuan yang di depannya terus berbicara sulit dibendung..

"Saya baru masuk tahun ini.. kemarin saya habis pulang dulu ke Bandung menghadiri nikahan kakak saya.., eh ELINS itu apa toh Mas? kok saya baru denger.."

"Elektronika Instrumentasi Mba, di fakultas MIPA.."

"Oh.. ada ya? wah.. maklum Mas, saya ini kurang gaul, hehe.. oh ya, gimana Mas perasaannya setelah satu tahun menjadi mahasiswa? asyik ya?"

"Ya.. Alhamdulillah Mba.."

"Lho, kok cuma Alhamdulillah.. kayaknya Mas ini orangnya aktif di organisasi ya? ikut apa aja Mas?"

Belum sempat Adin menjawab pertanyaan itu, kereta sudah sampai di Stasiun Sidareja, si Mbah yang tadi duduk di tempat perempuan itu bangkit berdiri, pamit dan segera menuju ke pintu kereta dengan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Adin dan perempuan berkerudung merah tersebut..

Perempuan itu pun kembali duduk di kursinya.. sebenarnya ia masih ingin banyak berbincang dengan pemuda yang baru ia kenal tersebut.. tetapi dengan kondisi duduk seperti itu sementara Adin berdiri di tempat yang sedikit memiliki jarak, agak sungkan untuk berbincang-bincang dalam kondisi tersebut.. tidak enak dengan orang-orang yang ada di sekitarnya..

Sementara jauh di lubuk hatinya, ada sedikit rasa kagum dengan pemuda yang baru dikenalnya.. pemuda yang mau menolong seorang nenek tua yang baru dikenalnya.. sikapnya santun, dan satu hal yang membuat ia sedikit heran, selama ia berbincang dengannya, pemuda itu tampak tidak mau bertatap muka dengannya, ia lebih sering tertunduk dan melihat ke sekeliling, hanya sesekali saja ia melihat dirinya.. namun dengan cara berkomunikasi seperti itu, ia pun tidak merasa bahwa dirinya tidak dihormati, tidak.. bahkan ia merasa dirinya sangat dihormati.., karena selama ini, jika ia berbicara dengan lawan jenis, ia seringkali merasa tidak nyaman dengan tatapan lawan bicaranya itu.. namun kali ini berbeda..

Adin masih berdiri, ia kembali melanjutkan pengembaraannya bersama Fahri di dalam novel "Ayat-Ayat Cinta", ia sudah sampai di bagian ketika Fahri mengkhitbah wanita yang ternyata itu adalah Aisha, perempuan yang pernah ia kenal dalam sebuah peristiwa di kereta..

Sementara Adin sedang asyik dengan novelnya, ternyata perempuan berkerudung merah itu sesekali mengamati Adin dari tempat duduknya.. ia sebetulnya penasaran buku apa yang sedang dibaca pemuda itu.. sepertinya ia begitu asyik membaca lembar demi lembar buku tersebut..

Kali ini Adin menyerah.. sudah sampai Kebumen, tapi nampaknya belum ada juga kursi kosong, ia sudah tidak kuat lagi untuk berdiri, akhirnya ia duduk beralaskan koran yang sudah ia siapkan dari rumah.. ya, ini adalah hal biasa baginya.. duduk beralaskan koran, dilalui orang yang lalu lalang, mulai dari pedagang, pengemis, pengamen.. semua itu sudah biasa baginya..bahkan kalo perjalanan malam hari ia juga sudah terbiasa tidur di gerbong kereta beralaskan koran.. semuanya bisa ia nikmati..

Kereta pun terus melaju kencang.. melewati area pesawahan, menembus hutan, membelah bukit, menyeberangi sungai.. sementara orang-orang yang ada di dalamnya kini lebih banyak yang terlelap, mungkin mereka cukup lelah dengan perjalanan yang panjang dan dalam kondisi udara yang cukup panas ini.. tak terkecuali Adin dan perempuan berkerudung merah itu.. mereka sedang asyik dengan mimpinya masing-masing..

Dan tak lama berselang, kereta pun sudah sampai di wilayah Jogja.. daerah yang tadi dilalui hanya hamparan sawah dan bukit, sekarang sudah berjejer deretan rumah di kanan dan kiri rel kereta api.. sesekali terlihat antrian kendaraan yang setia menunggu untuk membiarkan kereta ini lewat membelah jalan.. dan akhirnya kereta pun sampai di Stasiun Jogja.. namun tidak di sini, kereta ini tidak akan berhenti di sini.., stasiun itu hanya diperuntukkan bagi kereta-kereta yang ditumpangi oleh kalangan menengah ke atas.. jadi mereka harus sedikit bersabar untuk sampai di stasiun berikutnya..

TUUT TUUUT TUUUUUUT!!!

"SELAMAT DATANG DI STASIUN LEMPUYANGAN"

Nah di sini lah kereta itu akan berhenti, dan di sinilah Adin dan perempuan berkerudung merah itu beserta para penumpang yang hendak ke Jogja mengakhiri perjalanannya siang itu.. perjalanan yang sangat melelahkan..

Adin segera bangkit dari duduknya dan siap-siap untuk menuju pintu keluar.. sementara perempuan berkerudung merah pun mulai menyiapkan diri..

Ketika kereta berhenti, perempuan berkerudung merah itu mulai berjalan menuju pintu keluar, namun ia melihat ada buku tergeletak di tempat dimana pemuda tadi duduk.. ia segera mengambil buku itu, dan saat ia mau berteriak memanggil pemuda itu, dia sudah lenyap diantara kerumunan orang yang keluar dari kereta.. ia coba segera keluar, tapi nihil.. ia tidak bisa menemukan pemuda itu..

Ia lantas melihat novel itu, "Ayat-Ayat Cinta" dan membuka covernya barangkali ada identitas di dalam buku tersebut.. dan di halaman pertama, di pojok kanan bawah, sebuah paraf dan sebuah nama tertulis di sana.. SALADIN..

Ia kini tau bahwa pemuda yang tadi sempat berbincang di kereta dengannya, meski tidak sempat berkenalan, bernama SALADIN.. ia kuliah di jurusan ELINS UGM angkatan 2004.. mudah-mudahan informasi itu cukup untuk mencarinya dan mengembalikan buku yang kini berada di tangannya..

-- to be continued --

=======================

Balikpapan, 17 Juli 2010 : 17.57 WITA

Oleh: Kang Agus Haeruman

Tidak ada komentar: