Kamis, 04 Maret 2010

School of Electrical Engineering and Computer Science at Manbaul Ulum University

Tip Mengais Rejeki di Internet


Memperoleh hasil sampingan dari Internet barangkali merupakan keinginan sederhana banyak orang / pengguna Internet. Tulisan ini akan mencoba menjelaskan beberapa langkah yang mungkin dapat digunakan oleh banyak pengguna biasa di Internet untuk memperoleh rejeki yang halal.

Tidak ada yang Instan. Keberhasilan membutuhkan kerja keras dan ketekunan dalam jangka waktu yang lama / panjang.

Perlu kita sadari bersama bahwa semua proses yang akan di terangkan di bawah ini bukan proses Instan. Hanya mereka yang tekun, yang konsisten untuk berkiprah pada sebuah bidang yang fokus yang nantinya akan memetik hasil di kemudian hari. Kecenderungan yang ada, kebanyakan orang lebih suka yang instan kalau perlu tanpa kerja susah payah bisa dapat uang banyak. Rasanya hanya ada segelintir kesempatan yang seperti itu. Sebagian besar kesempatan yang ada harus di raih dengan kerja keras dan konsistensi dalam jangka panjang.

Tulisan tentang teknik ini di Internet dapat di baca di


Beberapa Tip Dasar

Beberapa nasihat sederhana yang mungkin perlu di resapi agar kita dapat berkiprah dengan baik di Internet

  • Hati-hati di Internet banyak juga orang yang suka menipu dan mencuri. Jangan pernah berhubungan / berdagang dengan penipu / pencuri / carder, bukan mustahil anda juga akan di tipu mentah-mentah.
  • Dimanapun, apalagi di Internet, sebuah usaha bertumpu pada "trust" (kepercayaan).
    • Jangan pernah menipu / berbohong / menulis tidak baik, Kata pepatah "Sekali lancung ke ujian seumur hidup orang tak percaya".
    • Kebaikan akan menjadi pembicaraan / buah bibir / berita mulut ke mulut yang baik di Internet.
  • Alat menjadi tidak penting. Dengan modal "dengkul"-pun kita bisa berkiprah / berdagang di Internet.
  • Perhatikan & pelajari mereka yang berhasil dalam usahanya.
  • Pasang mata & telinga lebar-lebar, perhatikan pembicaraan / kesukaan / kebutuhan orang melalui blog, forum, mailing list, group, facebook dll.
  • kemampuan menulis, mengekspresikan pendapat dalam bentuk tulisan akan sangat membantu. Ada baiknya membaca-baca tentang Hidup & Berkiprah Sebagai Penulis.

Mengais Rejeki

Pada kesempatan ini akan dicoba di bahas beberapa tahapan mengais rejeki di Internet tergantung kemampuan / modal yang miliki. Tahapan yang akan di bahas meliputi beberapa hal yaitu,

  • Modal dengkul (biaya operasi dari minim banget s/d Rp. 100-200.000 / bulan).
  • Lebih serius
    • Mengais melalui Blog; ini agak lebih serius.
    • Menyewa tempat / situs untuk jualan.
  • Knowledge Commerce - berjualan "otak" / kepandaian, bukan sekedar berjualan barang.

Selasa, 02 Maret 2010

Metodologi Ekonomi Islam

Ditulis oleh: Muhammad Imaduddin*

Selama ini kalau kita berbicara tentang muamalah, terutama ekonomi, kita akan berbicara tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Hal ini memang merupakan prinsip dasar dari muamalah itu sendiri, yang menyatakan: “Perhatikan apa yang dilarang, diluar itu maka boleh dikerjakan.” Tetapi pertanyaan kemudian mengemuka, seperti apakah ekonomi dalam sudut pandang Islam itu sendiri? Bagaimana filosofi dan kerangkanya? Dan bagaimanakah ekonomi Islam yang ideal itu?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka sebenarnya kita perlu melihat bagaimanakah metodologi dari ekonomi Islam itu sendiri. Muhammad Anas Zarqa (1992), menjelaskan bahwa ekonomi Islam itu terdiri dari 3 kerangka metodologi. Pertama adalah presumptions and ideas, atau yang disebut dengan ide dan prinsip dasar dari ekonomi Islam. Ide ini bersumber dari Al Qur’an, Sunnah, dan Fiqih Al Maqasid. Ide ini nantinya harus dapat diturunkan menjadi pendekatan yang ilmiah dalam membangun kerangka berpikir dari ekonomi Islam itu sendiri. Kedua adalah nature of value judgement, atau pendekatan nilai dalam Islam terhadap kondisi ekonomi yang terjadi. Pendekatan ini berkaitan dengan konsep utilitas dalam Islam. Terakhir, yang disebut dengan positive part of economics science. Bagian ini menjelaskan tentang realita ekonomi dan bagaimana konsep Islam bisa diturunkan dalam kondisi nyata dan riil. Melalui tiga pendekatan metodologi tersebut, maka ekonomi Islam dibangun.

Ahli ekonomi Islam lainnya, Masudul Alam Choudhury (1998), menjelaskan bahwa pendekatan ekonomi Islam itu perlu menggunakan shuratic process, atau pendekatan syura. Syura itu bukan demokrasi. Shuratic process adalah metodologi individual digantikan oleh sebuah konsensus para ahli dan pelaku pasar dalam menciptakan keseimbangan ekonomi dan perilaku pasar. Individualisme yang merupakan ide dasar ekonomi konvensional tidak dapat lagi bertahan, karena tidak mengindahkan adanya distribusi yang tepat, sehingga terciptalah sebuah jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin.
Pertanyaan kemudian muncul, apakah konsep Islam dalam ekonomi bisa diterapkan di suatu negara, misalnya di negara kita? Memang baru-baru ini muncul ide untuk menciptakan dual economic system di negara kita, dimana ekonomi konvensional diterapkan bersamaan dengan ekonomi Islam. Tapi mungkinkah Islam bisa diterapkan dalam kondisi ekonomi yang nyata?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Umar Chapra (2000) menjelaskan bahwa terdapat dua aliran dalam ekonomi, yaitu aliran normatif dan positif. Aliran normatif itu selalu memandang sesuatu permasalahan dari yang seharusnya terjadi, sehingga terkesan idealis dan perfeksionis. Sedangkan aliran positif memandang permasalahan dari realita dan fakta yang terjadi. Aliran positif ini pun kemudian menghasilkan perilaku manusia yang rasional. Perilaku yang selalu melihat masalah ekonomi dari sudut pandang rasio dan nalarnya. Kedua aliran ini merupakan ekstrim diantara dua kutub yang berbeda.

Lalu apa hubungannya kedua aliran tersebut dengan pelaksanaan ekonomi Islam? Ternyata hubungannya adalah akan selalu ada orang-orang yang mempunyai pikiran dan ide yang bersumber dari dua aliran tersebut. Jadi atau tidak jadi ekonomi Islam akan diterapkan, akan ada yang menentang dan mendukungnya. Oleh karena itu sebagai orang yang optimis, maka penulis akan menyatakan ‘Ya’, Islam dapat diterapkan dalam sebuah sistem ekonomi.

Tetapi optimisme ini akan dapat terwujud manakala etika dan perilaku pasar sudah berubah. Dalam Islam etika berperan penting dalam menciptakan utilitas atau kepuasan (Tag El Din, 2005). Konsep Islam menyatakan bahwa kepuasan optimal akan tercipta manakala pihak lain sudah mencapai kepuasan atau hasil optimal yang diinginkan, yang juga diikuti dengan kepuasan yang dialami oleh kita. Islam sebenarnya memandang penting adanya distribusi, kemudian lahirlah zakat sebagai bentuk dari distribusi itu sendiri.

Maka, sesungguhnya kerangka dasar dari ekonomi Islam didasari oleh tiga metodolodi dari Muhammad Anas Zarqa, yang kemudian dikombinasikan dengan efektivitas distribusi zakat serta penerapan konsep shuratic process (konsensus bersama) dalam setiap pelaksanaannya. Dari kerangka tersebut, insyaAllah ekonomi Islam dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Dan semua itu harus dibungkus oleh etika dari para pelakunya serta peningkatan kualitas sumber daya manusianya (Al Harran, 1996). Utilitas yang optimal akan lahir manakala distribusi dan adanya etika yang menjadi acuan dalam berperilaku ekonomi. Oleh karena itu semangat untuk memiliki etika dan perilaku yang ihsan kini harus dikampanyekan kepada seluruh sumber daya insani dari ekonomi Islam. Agar ekonomi Islam dapat benar-benar diterapkan dalam kehidupan nyata, yang akan menciptakan keadilan sosial, kemandirian, dan kesejahteraan masyarakatnya.

Wallahu ‘alamu bishowwab.


Keterangan:
Penulis adalah Mahasiswa S2 Islamic Banking, Finance, and Management di Markfield Institute of Higher Education (MIHE), Markfield, Leicestershire, Inggris.




Referensi:
Al-Harran, Saad. (1996). Islamic Finance Need a New Paradigm. Tersedia dalam: Tanggal akses: 28 Oktober 2005.
Choudhury, Masudul Alam. (1998). Studies in Islamic Social Sciences. Great Britain: Macmillan Press Ltd.
Hafidhuddin, Didin. (2005). Prinsip Dasar Ekonomi Islam. Bahan Kuliah Mata Kuliah Ekonomi Syariah 1. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Tag El Din, Seif El Din. (2005). Moral Policy: Equity and Growth Strategy. Lecture of Islamic Economics. Markfield Institute of Higher Education.
Zarqa, Mohammad Anas. (1992). “Methodology of Islamic Economics”, dalam Ahmad, Ausaf and Awan, Kazim Raza (Ed.), Lectures on Islamic Economics (hal 50). Jeddah: Islamic Research and Training Institute, Islamic Development Bank.