Minggu, 18 November 2012

Tahun Baru Islam 1434 Hijriah

Aneh tapi nyata itulah kenyataanya. Sebagian besar umat Islam saat ini ini lebih mengetahui tahun baru Masehi (1 Januari), ketimbang tanggal 1 Muharram (bulan Hijriah) yang merupakan tahun baru umat Islam. Bahkan kalau ditanya urutan bulan masehi dengan bulan hijriah, lebih hapal bulan masehi. 

Tragis!!! 

Lebih dari itu, yang lebih menyesakan dada, pemahaman serta pola pikir mengenai tahun baru Islam ini, telah meracuni generasi umat Islam dewasa ini. Sehingga tidak terlalu berlebihan, ketika perayaan tahun baru Islam yang jatuh pada Kamis 15 November 2012, sebagian besar umat Islam hanya berdiam diri dan tidak melakukan sesuatu yang istimewa dalam peristiwa akbar tersebut.

Bila kita hitung waktu untuk sampai kepada tahun 1500 Hijriah maka waktu yang tersisa saangat sedikit sekali yakni sekitar:

66 Tahun lagi

Waktu yang sangat singkat.

Mari bergegas menyatukan umat Islam di seluruh Dunia.

Memahami Visi Umat Islam Tahun 1500 Hijriah.

Sabtu, 01 September 2012

Forsalim Kita

Team Baru Forsalim



 
Alhamdulillah, setelah melalui serangkaian proses nan panjang, dimulai sejak Musyawarah Umum FORSALIM hari Selasa tanggal 21 Agustus 2012/3 Syawal 1433 H, yang terpilihnya Ketua FORSALIM baru, kang Fadly menggantikan kang Arip.  Kemudian dilanjutkan dengan syuro dewan formatur dan ketua terpilih dari hari Selasa hingga Rabu, maka terpilihlah nama-nama sebagai pengurus FORSALIM yang akan mengemban amanah dari 2012-2014. Insya Allah.

Berikut nama-nama pengurus Forsalim 2012-2014 :
 
Presiden : Fadly Fauzie Firdausi

Wakil Presiden : Bakti Pangestu

Sekretaris : Rahmi Aulianisyah

Bendahara : Ririn Riani Kartika

Departemen Kaderisasi 

Ketua Departemen : Galih Aulia Rahman

Staf Departemen : Listia Dewi, Rarid Rahman , Ismail M. Syahid, Jendri Irawan, Nenden Nurrohmah, Ovi Annisa, Rosihan, Syahdian Fitriani, Yusup Shiddiq, Ari Tanri, Ridwan Firdaus, Fitria, Robbi, Niar, Nisa Hermina.

Departemen Diklat 

Ketua Departemen : Dadan Rukmana

Staf Departemen : Arip Nurahman, Aresti Wulansari, Anton Timur, Karizal Muharom, Asep Ekas, Wahid Hasyim, Supriatna, Hani Nurhasanah, Dian Rosdiana, Bella Septiani.

Departemen Kemuslimahan 

Ketua Departemen : Fitri

Staf Departemen : Dede Eros, Animah Astuti, Seli Dewi Lestari, Larasati Fatonah, Ummu Hani, Dahlia Anggraeni, Milda Melina, Ranny CK, Endah, Kania, Rismaniar, Eka Fatmala, Rian Rostarina.

Departemen Infokom 

Ketua Departemen : Yusuf Ardi

Staf Departemen : Gilang Cahyo, Riyad Amaludin, Ricky Aji, Ngara Rizki, Barkah Firdaus, Ade Cahyadi, Wendi Afriza, Hendi Abdul Fattah, Ray Ashari.

Departemen Ekonomi 

Ketua Departemen : Haris Muchlisin

Staf Departemen : Agus Haeruman, Noviani, Retno Sri Hasanah, Ririn Yulianti, Uman Miftah Sajidin, Firly Aprilianisari, Zakiatul Isnaeni, Murti, Gumilar, Iip, Tia, Aneu M, Aneu S, Dadan MY.

Mudah-mudah keputusan ini menjadi langkah awal kita dalam memajukan dan meningkatkan kualitas FORSALIM. Mari niatkan pada diri kita masing-masing bahwa segenap langkah kita adalah dalam rangka menolong agama Allah.

Team Futsal Manbaul Ulum


Team Futsal Manbaul Ulum yang Pada Soleh, Pinter, Kasep dan Pada Baik Hati Tidak Sombong serta Rajin Menabung, he.,he.,he.,

Amin. 

Semangat Para Anak Muda




Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Minggu, 12 Agustus 2012

Beasiswa Forsalim

Beasiswa Kakak Asuh Forsalim

Founder:

Kang Agus Haeruman, S.Si.

Rabu, 06 Juni 2012

School of Electrical Engineering and Computer Science at Manbaul Ullum University

-"MENCERDASKAN UMAT"-

School of Electrical Engineering and Informatics
EECS at MU
Electrical Enginering & Computer Sciences IR&D Center
at Manbaul Ullum University

Visi
Menjadi Pusat Pelatihan dan Pembelajaran ICT Cyber Terdepan
Misi

1. Unggul dalam Pendidikan ICT untuk pendidikan dasar dan menengah
2. Pusat Riset, Innovasi dan Pengembangan ICT
3. Teknologi Tepat guna dalam bidang ICT
4. Pusat data dan penganalisaannya

Staf Pendidik.
Barkah Firdaus (Ko.)
Ginanjar F.M. & Dian Hadiana
Sandi Socrates
Agus Haeruman
Ngara
Dede Supriatna
Indah
Rani Kharismaya
Ricky Taufikurrahman
Riki
Ricky Aji P.
Arip Nurahman
Anton Timur J.

Wendy Afriza

Programming

From SpeedyWiki

Jump to: navigation, search

Low Level Programming


Referensi

Rabu, 02 Mei 2012

4Salim Academic Initiative

7 Belajar

1. Belajar Beribadah dengan Benar
2. Belajar Berakhlak dengan Baik
3. Belajar Tiada Henti
4. Belajar Bekerja Keras dengan Cerdas dan Ikhlas
5. Belajar Bersahaja dalam Hidup
6. Belajar Bantu Sesama
7. Belajar Bersihkan Hati Selalu



Untuk Siswa SMA Tingkat Awal


Vision & Mission Statement

Bimbingan Belajar dan Olimpiade Sains

Untuk Siswa SMA Tingkat Menengah

Bimbingan Belajar dan Olimpiade Sains

Bagaimana menikmati masa-masa SMA yang Indah

Untuk Siswa SMA Tingkat Akhir

a. UN Preparation

Index of /pustaka/pendidikan/contoh-soal-UN/sma

[ICO]NameLast modifiedSizeDescription

[DIR]Parent Directory-
[   ]soal-uan-sma-anthropologi99-05.zip02-Dec-2010 05:47 497K
[   ]soal-uan-sma-b.indo99-07.zip02-Dec-2010 05:47 1.6M
[   ]soal-uan-sma-b.inggris00-07.zip02-Dec-2010 05:47 476K
[   ]soal-uan-sma-biologi00-07.zip02-Dec-2010 05:47 1.0M
[   ]soal-uan-sma-ekonomi97-07.zip02-Dec-2010 05:47 1.2M
[   ]soal-uan-sma-fisika00-07.zip02-Dec-2010 05:47 752K
[   ]soal-uan-sma-geografi05-07.zip02-Dec-2010 05:47 283K
[   ]soal-uan-sma-kimia00-07.zip02-Dec-2010 05:47 726K
[   ]soal-uan-sma-mat-ipa99-07.zip02-Dec-2010 05:47 1.4M
[   ]soal-uan-sma-mat-ips96-00.zip02-Dec-2010 05:47 287K
[   ]soal-uan-sma-sosiologi00-07.zip02-Dec-2010 05:47 717K
[   ]soal-uan-sma-tata-negara00-07.zip02-Dec-2010 05:47 447K

Apache/2.2.16 (Ubuntu) Server at belajar.internetsehat.org Port 80

Sumber:

http://belajar.internetsehat.org/pustaka/pendidikan/contoh-soal-UN/sma/


b. SNMPTN Preparation

Introduction Campus Life

Introduction Workplace Life

Project Holder:

1. Para Anggota Forsalim yang berkecimpung dalam bidang Pendidikan Bimbingan dan Konseling
2. Para Anggota Forsalim yang Ahli dalam bidang-bidang Academis

Semoga Bermanfaat

Forsalim Bisa!

Wassalam, wr.wb.

Minggu, 01 April 2012

Mengembangkan Pendidikan di Dunia Islam

Mari Kita Kembangkan Pendidikan di Dunia Islam.

Kamis, 29 Maret 2012

Dalil Haram dan Halal Telah Jelas




HADITS KEENAM


عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ

[رواه البخاري ومسلم]


Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak.

Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya.

Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. 

Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “.

(Riwayat Bukhori dan Muslim)


Catatan :

· Hadits ini merupakan salah satu landasan pokok dalam syari’at. Abu Daud berkata : Islam itu berputar dalam empat hadits, kemudian dia menyebutkan hadits ini salah satunya.


Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :

1. Termasuk sikap wara’ adalah meninggalkan syubhat .

2. Banyak melakukan syubhat akan mengantarkan seseorang kepada perbuatan haram.

3. Menjauhkan perbuatan dosa kecil karena hal tersebut dapat menyeret seseorang kepada perbuatan dosa besar.

4. Memberikan perhatian terhadap masalah hati, karena padanya terdapat kebaikan fisik.

5. Baiknya amal perbuatan anggota badan merupakan pertanda baiknya hati.

6. Pertanda ketakwaan seseorang jika dia meninggalkan perkara-perkara yang diperbolehkan karena khawatir akan terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan.

7. Menutup pintu terhadap peluang-peluang perbuatan haram serta haramnya sarana dan cara ke arah sana.

8. Hati-hati dalam masalah agama dan kehormatan serta tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan persangkaan buruk.



Sumber Foto:
http://www.oneeyeland.com

Jumat, 23 Maret 2012

Belajar Kepada TK Manbaul Ulum Bukit Rivaria

Visi Pendidikan Anak Usia Dini Manbaul Ulum 

Membuka Sekolah-sekolah untuk Pendidikan Anak Usia Dini 
di Seluruh Belahan Dunia yang dihuni oleh Umat Muslim

Program dan Tahap Rencana Pembangunan

Membuka Sekolah Ditiap Kabupaten/Kota Di Indonesia


  



Sumber:

Peternakan :
Jl. Alif Rt. 002 Rw. 003 Kel. Pasir Putih Kec. Sawangan Depok Jawa Barat. 021-77-88-7138

Rabu, 07 Maret 2012

Memberdayakan Umat Muslim Part II

"IQRO"


Oleh: Prof. Azyumardi Azra, Ph.D.


Penyebab utama ketidak berdayaan itu disimpulkan adalah keterbelakangan pendidikan.



Karena itu, tidak ada hal lain kecuali peningkatan mutu pendidikan mesti menjadi prioritas utama pemerintah dan masyarakat Muslim sendiri. Seorang penulis milis MF menyatakan, kenyataan ini adalah



“ironi karena lima ayat surah al-‘Alaq yang pertama kali diterima Rasulullah SAW yang didahului perintah ‘Iqra’ tidak berdampak luas dalam kehidupan [umat] Islam”.



Menyangkut akselerasi pendidikan dan pengembangan iptek, adalah keniscayaan bagi kaum Muslim mengembangkan keterbukaan pada sumber iptek dari mana pun. Ini berarti meniscayakan pula penghilangan sikap apologetik, defensif, dan reaktif dari sebagian Muslim yang masih sangat mencurigai segala macam iptek yang bersumber, misalnya, dari Barat.



Kalangan Muslim seperti ini seolah melupakan sejarah kemajuan iptek di tangan ilmuwan Muslim di masa klasik yang bersumber dari sikap keterbukaan menerima dan mengkaji berbagai sumber iptek untuk kemudian mereka kembangkan menjadi iptek universal yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas kehidupan kemanusiaan.



Dalam kaitan itu, kaum Muslim patut mengembalikan rasa percaya diri. Karena sering ada kecurigaan berlebihan bersumber dari kekhawatiran dan ketakutan berlebihan, akhirnya menimbulkan mentalitas tertutup dan bahkan ‘mentalitas terkepung’.



Akan tetapi, ketidakberdayaan kaum Muslimin tidak hanya terutama bersumber dari keterbelakangan pendidikan. Ketidakberdayaan itu juga terkait dengan berbagai realitas lain Dunia Islam, ter utama dalam bidang politik, sosial, bu daya, dan bahkan pemahaman keagamaan.



Karenanya, usaha mengatasi ketidakberdayaan kaum Muslimin mesti juga melibatkan pembenahan dan perbaikan ke adaan sehingga dapat memberikan kondisi kondusif bagi pemberdayaan dan pemajuan kaum Muslimin dalam berbagai bidang.



Ketidakberdayaan kaum Muslimin sangat terkait dengan kondisi politik yang kacau di banyak bagian Dunia Muslim sejak masa kolonialisme Eropa sampai sekarang.



Kekacauan politik itu dalam batas tertentu berhubungan dengan ketidakadilan tatanan politik internasional, seperti terlihat di Timur Tengah menyangkut konflik Palestina-Israel, dan pendudukan sekutu yang terus berlanjut di Irak dan Afghanistan.



Tetapi jelas, kekacauan politik terutama bersumber dari kegagalan banyak negara Muslim membangun sistem politik yang viabel—mampu bertahan karena dapat diterima masyarakatnya sendiri sebab demokratis, misalnya. Namun, yang terjadi di banyak negara Muslim, realitas politik adalah otoritarianisme militer dan sipil yang berkuasa sangat lama, amat korup, yang hampir tidak memberikan ruang bagi warga negara bersuara.



Indonesia pernah memiliki pengalaman seperti ini di masa Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto sebelum kemudian tumbang lewat peristiwa yang melibatkan kekuatan rakyat dan pertumpahan darah.



Di banyak negara Muslim lain, situasi politik kacau masih terus berlanjut sampai kini. Meski kekuasaan otoritarianisme Ben Ali (Tunisia) dan Husni Mubarak (Mesir) telah ditumbangkan kekuatan rakyat, pergulatan politik masih berlangsung. Bahkan, pertumpahan darah terus terjadi di Syria dan Yaman, yang bukan tidak mungkin menular ke negara-negara Muslim otoriter lain di Dunia Arab.



Instabilitas politik dan kekerasan berdarah juga terus terjadi di Afghanistan, Irak, dan Pakistan. Bahkan, Malaysia yang bagi sebagian orang menjadi ‘model’ stabilitas politik dan kemajuan ekonomi, juga menerapkan politik totaliter represif seperti terlihat dalam demonstrasi menuntut Pilihan Raya yang bersih dan jujur.



Kekacauan politik di negara-negara Muslim ini, terutama disebabkan—meminjam istilah Buya Syafii Maarif—‘syahwat politik’ yang nyaris tidak terkendali, baik pa da level kepemimpinan puncak maupun elite politik lain.



Ketika beberapa negara Muslim menjadi demokrasi, seperti Indonesia, syahwat politik itu menghinggapi hampir seluruh elite politik di tingkat nasional maupun lokal. Lebih celaka lagi, syahwat politik itu bercampur dengan ‘syahwat ekonomi’ yang juga tidak terkendali sehingga menimbulkan wabah korupsi.



Dalam situasi politik dan ekonomi koruptif seperti itu, bagaimana mungkin kaum Muslimin bisa berdaya?



Sumber daya alam, seperti minyak, gas, dan banyak barang tambang lain tidak diabdikan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat, tetapi sebaliknya guna kepentingan poli tik rezim berkuasa. Lebih parah lagi, situasi kacau—ketiadaan stabilitas politik dan ekonomi koruptif—membuka ruang besar bagi infiltrasi dan penetrasi kekuatan asing yang membuat keadaan kian kacau.



Karena itu, dalam konteks pemberdayaan Muslimin, agenda paling pokok adalah membenahi rumah tangga sendiri, membangun sistem politik demokratis yang viabel dan ekonomi yang bersih dari korupsi, serta pembangunan yang berpihak kepada pemberdayaan warga.



*Penulis adalah Direktur Sekolah Pascsarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta




UMAT Islam adalah khoiru ummah, umat terbaik yang menjadi teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan ini dengan benar. Mereka beriman kepada Allah SWT. Keimanannya ditunjukkan antara lain dengan perilaku senantiasa berbuat baik dan mengajak orang lain dalam kebaikan, serta menghindari kemunkaran dan mencegah adanya kejahatan.



“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. ”(Ali Imran / 3 : 110)

Sabtu, 25 Februari 2012

The Islamic origins of Modern Science Part VI


"Hidup dan nasib bisa tampak berantakan, misterius, fantastis, dan sporadis, namun setiap elemennya adalah sub system keteraturan dari sebuah desain holistic yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apapun terjadi karena kebetulan. Ini fakta penciptaan yang tak terbantahkan.
~Disarikan dari Pemikiran Harun Yahya~

The Rise and Fall of the Materialist Deviation


The nineteenth century was a period that witnessed the greatest errors in human history. These errors began with the imposition on European thought of materialist philosophy, an ancient Greek teaching.

The greatest error of this period was Darwin's theory of evolution. Before the birth of Darwinism, biology was accepted as a branch of science that provided evidence of the existence of God. In his book Natural Theology, the famous author William Paley maintained that, to the extent that every clock proves the existence of a clockmaker, natural designs prove the existence of God.

However, Darwin rejected this truth in his theory of evolution. By distorting the truth to fit materialist philosophy, he claimed that all living things were the result of blind natural causes. In this way he created an artificial antagonism between religion and science.

In their book The Messianic Legacy, English authors Michael Baigent, Richard Leigh and Henry Lincoln have this to say on the subject:

For Isaac Newton, a century and a half before Darwin, science was not separate from religion but, on the contrary, an aspect of religion, and ultimately subservient to it. …But the science of Darwin's time became precisely that, divorcing itself from the context in which it had previously existed and establishing itself as a rival absolute, an alternative repository of meaning. As a result, religion and science were no longer working in concert, but rather stood opposed to each other, and humanity was increasingly forced to choose between them. 11
 
Not only biology, but also branches of sciences such as psychology and sociology were twisted according to materialist philosophy. 

Astronomy was distorted according to the materialist dogmas of ancient pagan Greece; a metaphysical faith in an "eternal cosmos" came to be the norm. The new aim of science was to confirm materialist philosophy.
These incorrect ideas have dragged the scientific world into a dead end for the past 150 years. Tens of thousands of scientists from different branches worked in the hope of being able to prove Darwinism or other materialist theories.

But they were disappointed.

The scientific evidence showed the exact opposite of the conclusion they wanted to reach. That is, it confirmed the truth of Creation. Today the world of science is astonished by this truth. When nature is examined it emerges that there is a complex plan and design in every detail and this has cut away the foundations of materialist philosophy.

For example, the extraordinary structure of DNA shows scientists that it is not the result of blind chance or natural laws. The DNA in a single human cell contains enough information to fill a whole 900-volume encyclopedia. Gene Myers, a scientist from the Celera Company which administers the Human Genome Project, says this:

What really astounds me is the architecture of life… The system is extremely complex. It's like it was designed… There's a huge intelligence there. 12

This astonishment affects the whole scientific world. Scientists are viewing with surprise the invalidity of the materialist philosophy and Darwinism which they were taught as truth, and some of them are declaring this openly. In his book Darwin's Black Box, biochemist Michael Behe, one of the leading critics of Darwinism, describes the situation of the scientific world as follows:

Over the past four decades modern biochemistry has uncovered the secrets of the cell. The progress has been hard won. It has required tens of thousands of people to dedicate the better parts of their lives to the tedious work of the laboratory… 

The result of these cumulative efforts to investigate the cell-to investigate life at the molecular level-is a loud, clear, piercing cry of "design!" The result is so unambiguous and so significant that it must be ranked as one of the greatest achievements in the history of science… 

But, no bottles have been uncorked, no hands clapped. Why does the scientific community not greedily embrace its startling discovery? The dilemma is that while one side of the [issue] is labeled intelligent design, the other side must be labeled God. 13

The same situation exists in astronomy. The astronomy of the twentieth century has demolished the materialist theories of the nineteenth. First with the Big Bang theory, it emerged that the universe had a beginning, the moment of Creation. Since then it has been realized that in the universe there is an extraordinarily delicate balance which protects human life - a concept known as the anthropic principle.

For these reasons, in the world of physics and astronomy atheism is in rapid decline. As American physicist Robert Griffiths jokingly remarks: 

"If we need an atheist for a debate, I go to the philosophy department. The physics department isn't much use." 


In short, in our day and age materialist philosophy is collapsing. Science is rediscovering certain very important facts rejected by materialist philosophy and in this way a new concept of science is being born.
The "Intelligent Design" theory, which has been on a successful rise in the United States during the past 10 years, is a leading part of this new scientific concept. Those who accept this theory stress that Darwinism was the greatest error in the history of science and that there is an intelligent design in nature that gives evidence of Creation.


Conclusion


God created the entire universe, and the whole of creation shows humanity the signs of God. Science is the method of investigating what has been created, so conflict between religion and science - provided that religion is guided only by Divine revelation - is out of the question.


On the contrary, history shows that theism has been the main motive and paradigm for scientific progress. The two greatest scientific achievements in world history - the Islamic scientific endeavor of the Medieval Age and the Christian scientific leap of the modern era - stemmed from faith in God.

Moreover, the latter borrowed a great deal of knowledge, method and vision from the former. The wisdom of the Qur'an first enlightened the Islamic world and then shed light even to the non-Muslim Europe. If something went wrong in the Islamic world, this was because Muslims turned away from the sincerity, wisdom and open-mindedness God teaches in the Qur'an.


The materialist paradigm is a deviation from this pattern. It arose in the 19th century, reached its peak in the mid-20th century and is on the brink of collapse today. No matter how arrogant and seemingly self-confident its supporters are, the materialist dogma and its main pillar, Darwinism, will inevitably perish in the upcoming decades. 


And science will return to its authentic and true paradigm: A search for the discovery and definition of the great design and harmony in the natural world, the artifact of God.

References:

Harun Yahya

(11 ) Michael Baigent, Richard Leigh, Henry Lincoln, The Messianic Legacy, Gorgi Books, London: 1991, p.177-178
(12) San Francisco Chronicle, 19 February, 2001
(13) Michael J.Behe, Darwin's Black Box, New York: Free Press, 1996, p.231-232 (14) Hugh Ross, The Creator and the Cosmos, p. 123; Jul 04, 2005

Minggu, 12 Februari 2012

Memberdayakan Muslim Part I

“Sesungguhnya kalian adalah umat yang satu dan Aku (Allah) adalah Rabb kalian, maka beribadahlah kepada-Ku (Allah) ”
[Al-Anbiyaa : 92]




Muslim United: MU

Oleh: Prof. Azyumardi Azra, Ph.D.

Mengapa kaum Muslimin begitu tak berdaya?

Sebaliknya, kaum Yahudi begitu perkasa?

Inilah email yang pekan lalu saya terima dari Prof Salim Said yang kemudian diteruskan banyak orang lain kepada saya.

‘Why are Jews so powerful?’ 

Ini adalah tulisan Dr. Farrukh Saleem, direktur eksekutif Pusat Riset dan Kajian Keamanan, Islamabad, Pakistan, yang juga kolumnis di berbagai media. Dalam catatan Saleem, kini terdapat sekitar 14 juta orang Yahudi di dunia: tujuh jutaan di Benua Amerika, lima jutaan di Asia, dua jutaan di Eropa, dan 100 ribuan di Afrika. 

Pada pihak lain, ada 1.476.233.410 jiwa Muslim di muka bumi: satu miliaran di Asia, 400 jutaan di Afrika, sekitar 44 juta di Eropa, dan enam jutaan di Benua Amerika. Jadi, satu di antara lima manusia beragama Islam; setiap satu Hindu atau Buddha ada dua Muslim; dan setiap satu Yahudi ada 100-an Muslim. 

‘Ever wondered why Muslims are so powerless?’ 

Tulis Saleem. 

Lihat saja fakta berikut: Figur sangat berpengaruh semacam Yesus [Kristus] dari Nazareth adalah Yahudi. Albert Einstein, Sigmund Freud, dan Karl Marx. Begitu juga sederetan nama yang ikut meningkatkan kesejahteraan manusia seperti Benjamin Rubin penemu jarum suntik, Jonas Salk penemu pertama vaksin polio, Alert Salin pengembang vaksin polio, Gertrude Elion pengembang obat leukemia, dan Baruch Blumberg pengembang vaksin hepatitis B. Hasilnya, dalam 105 tahun terakhir, 15 ilmuwan Yahudi memenangkan Hadiah Nobel, sebaliknya hanya ada tiga pemenang beragama Islam. 

Masih banyak inventor lain di kalangan Yahudi. Misalnya, Stanley Mezor penemu micro-processing chip, Leo Szillard pengembang reaktor rangkaian nuklir, Peter Schulz penemu kabel fiber optik, Charles Adler penemu lampu lalu lintas, Benno Strauss penemu besi tanpa karat, Isador Kisee penemu film suara, Emile Berliner mikrofon telepon, dan Charles Ginsburg, perekam videotape. 

Juga ada financiers Yahudi di dunia bisnis seperti Ralph Lauren (Polo), Levis Strauss (Levi’s), Howard Schultz (Starbuck’s), Sergey Brin (Google), Michael Dell (komputer Dell), Larry Ellison (Oracle), Donna Karan (DKNY), Irv Robbins (Baskins & Robbins), dan Bill Rosenberg (Dunkin Donuts). Lalu, filantropis semacam George Soros yang mendonasikan empat miliar dolar AS dan Walter Annenberg yang menyumbang dua miliar dolar untuk ratusan perpustakaan. 

Figur Yahudi juga mencakup Richard Levin (Presiden Universitas Yale), Henry Kissinger dan Madeleine Albright (keduanya mantan Menlu AS), Alan Greenspan (ketua The Fed masa presiden Reagan, Bush, Clinton, dan Bush), Caspar Weinberger (menhan AS), Maxim Litvinor (menlu Soviet), David Marshal (chief minister pertama Singapura), Issac Isaacs (gubernur jenderal Australia), Benjamin Disraeli (negarawan Inggris), Yevgeny Primakov (PM Rusia), Jorge Sampaio (presiden Portugal), John Deutsch (direktur CIA), Herb Gray (deputi PM Kanada), Pierre Mendes (PM Prancis), Michael Howard (mendagri Inggris), Bruno Kresiky (kanselor Austria), dan Robert Rubin (menteri perbendaharaan Negara AS). 

Bahkan, Hollywood didirikan orang Yahudi. Bintang film terkenal keturunan Yahudi termasuk Harrison Ford, Tony Curtis, Charles Bronson, Sandra Bullock, Billy Christal, Woody Allen, Paul Newman, Peter Sellers, Dustin Hoffman, Kirk dan Michael Douglas, Ben Kingsley, dan Goldie Hawn. 

Lalu, sutradara dan produser film Steven Spielberg, Mel Brooks, Oliver Stone, dan Aaron Spelling. Dengan begitu, tidak heran kalau bangsa Yahudi sangat berpengaruh dalam banyak bidang. 

Ditambah lobi Israel dan lobi Yahudi yang kuat di berbagai negara Barat, pengaruh Yahudi dalam ekonomi dan politik global sulit tertandingi. Mengapa kaum Muslim tak berdaya? Saleem memberikan dua kesimpulan saja: Dunia Muslim kurang memiliki kapasitas untuk menghasilkan iptek; dan gagal melakukan difusi iptek. 

Terdapat kepincangan amat mencolok dalam bidang pendidikan. Di seluruh 57 negara anggota OKI hanya ada sekitar 500 universitas; sedangkan India ada 8.407 dan AS punya 5.758 universitas. Tidak ada universitas di dunia Muslim yang masuk 500 universitas terbaik ‘Academic Ranking of World Universities’ versi Shanghai Jiao Tong. Hasilnya, hanya ada 230 ilmuwan per satu juta Muslim; sedangkan AS 4.000-an dan Jepang 5.000-an. 

Memang, pendidikan di dunia Muslim jauh tertinggal. Sebagian besar karena keadaan ekonomi dan keuangan yang tidak memadai, sehingga gagal menyediakan pendidikan berkualitas sejak tingkat dasar sampai tinggi. 

Sedangkan beberapa negara Muslim kaya penghasil minyak tidak memprioritaskan pendidikan; banyak dana dihamburkan untuk anggaran pertahanan dan proyek mercusuar seperti gedung tertinggi di dunia. Indonesia dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia masih berkutat dengan usaha peningkatan kuantitas dan kualitas pendidikan. 

Meski 20 persen anggaran pusat dan daerah sudah diabdikan untuk pendidikan, sebagian besar pendidikan masih bermutu rendah. Sementara itu, sekolah dan universitas bermutu kian sulit terjangkau karena biaya kian mahal. Jika Indonesia ingin merebut posisi terdepan dalam pendidikan di Dunia Muslim, pembenahan pendidikan mesti benar-benar menjadi prioritas pokok. 

(To Be Continued) 

*Penulis adalah Direktur Sekolah Pascsarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 

"Pada saat itu kalian banyak, tetapi kalian seperti buih di lautan, dan Allah akan menghilangkan rasa takut dari dada-dada musuh kalian kepada kalian, dan Allah akan menimpakan pada hati kalian penyakit Al-Wahn’. 

Mereka berkata : Apakah penyakit Al-Wahn itu wahai Rasulullah?. 

Beliau menjawab :’Cinta dunia dan takut akan mati”. 

[Haadits Shahih, diriwayatkan oleh Abu Daud (4297)]

Kamis, 02 Februari 2012

KEAJAIBAN HUJAN Part II



Pembentukan Hujan

Bagaimana hujan terbentuk tetap menjadi misteri bagi manusia dalam kurun waktu yang lama. Hanya setelah ditemukannya radar cuaca, barulah dapat dipahami tahapan-tahapan pembentukan hujan.

Pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahap. Pertama, “bahan mentah” hujan naik ke udara. Kemudian terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul.

Tahapan-tahapan ini secara terperinci telah tertulis dalam Al-Qur’an berabad-abad tahun lalu sebelum informasi mengenai pembentukan hujan disampaikan:

“Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang di kehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum, (40):48)

Sekarang, mari kita lihat pada tiga tahapan yang disebutkan dalam Al-Qur’an:

Tahap Pertama: “ Allah, dialah yang mengirimkan angin…..”

Gelembung-gelembung udara yang tidak terhitung jumlahnya dibentuk oleh buih-buih di lautan yang secara terus-menerus pecah dan mengakibatkan partikel-partikel air tersembur ke udara menuju ke langit.

Partikel-partikel ini –yang kaya akan garam– kemudian terbawa angin dan bergeser ke atas menuju atmosfer. Partikel-partikel ini (disebut aerosol) membentuk awan dengan mengumpulkan uap air (yang naik dari lautan sebagai tetesan-tetesan oleh sebuah proses yang dikenal dengan “JebakanAir”) di sekelilingnya.

Tahap Kedua : “…..lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadi bergumpal-gumpal…..”

Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena tetesan-tetesan air di sini sangat kecil (dengan diameter antara 0,01-0,02 mm), awan mengapung di udara dan menyebar di angkasa. Sehingga langit tertutup oleh awan.

Tahap Ketiga : “….lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun.”

Partikel-partikel air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu mengental dan membentuk tetesan-tetesan hujan. Sehingga, tetesan-tetesan tersebut, yang menjadi lebih berat dari udara, meninggalkan awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Setiap tahap dalam pembentukan hujan disampaikan dalam Al-Qur’an. Terlebih lagi, tahapan-tahapan tersebut dijelaskan dalam runtutan yang benar. Seperti halnya fenomena alam lain di dunia, lagi-lagi Al-Qur’an lah yang memberikan informasi yang paling tepat tentang fenomena ini, selain itu, Al-Qur’an telah memberitahukan fakta-fakta ini kepada manusia berabad-abad sebelum sains sanggup mengungkapnya.

Tamat

Sumber: Harun Yahya

Rabu, 25 Januari 2012

The Islamic origins of Modern Science Part V

"Science without religion is lame, religion without science is blind."

~Albert Einstein ~

The Theist Origins of Western Science

Medieval Europe was ruled by the dogmatic regime of the Catholic Church. The Church opposed freedom of thought and pressured scientists. People could be punished by the Inquisition simply for holding different beliefs or ideas. Their books were burned and they themselves were executed. The pressure on research in the Middle Ages is often referred to in history books, but some interpret the situation wrongly and claim that the scientists who clashed with the Church were against religion.

The truth is the exact opposite-the scientists who opposed the bigotry of the church were religious believers. They were not against religion, but against the harsh clericalism of the time.

For example, the famous astronomer Galileo, whom the Church wanted to punish because he stated that the world rotated, said, "I render infinite thanks to God for being so kind as to make me alone the first observer of marvels kept hidden in obscurity for all previous centuries." 7

The other scientists who established modern science were all religious.

Kepler, regarded as the founder of modern astronomy, told those who asked him why he busied himself with science, "I had the intention of becoming a theologian... but now I see how God is, by my endeavors, also glorified in astronomy, for 'heavens declare the glory of God'". 8

As for Newton, one of the greatest scientists in history, he explained the reason underlying his zeal for scientific endeavor by saying:

"...He (God) is eternal and infinite, omnipotent and omniscient; that is, his duration reaches from eternity to eternity; his presence from infinity to infinity; he governs all things, and knows all things that are or can be done. …We know him only by his most wise and excellent contrivances of things... [W]e revere and adore him as his servants…" 9

The great genius Pascal, the father of modern mathematics, said that: "But by faith we know His (God's) existence; in glory we shall know His nature." 10

Many other founders of modern Western science were also strong believers. For example:

  • " Von Helmont, one of the leading figures in modern chemistry and the inventor of the thermometer, declared that science was a part of faith.

  • " George Cuvier, the founder of modern paleontology, regarded fossils as surviving proofs of the Creation and taught that living species had been created by God.

  • " Carl Linnaeus, who first systematized scientific classification, believed in the Creation and stated that the natural order was a significant proof of God's existence.

  • " Gregor Mendel, the founder of genetics, and also a monk, believed in Creation and opposed the evolutionary theories of his time, such as Darwinism and Lamarckism.

  • " Louis Pasteur, the greatest name in the history of microbiology, proved that life could not be created in inert matter and taught that life was a miracle of God.

  • " The famous German physicist Max Planck said that the Creator of the universe was God and stressed that faith was a necessary quality of scientists.

  • " Albert Einstein, regarded as the most important scientist of the twentieth century, believed that science could not be godless and said, "science without religion is lame."

A large number of other scientists who guided modern scientific progress were religious people who believed in God. These scientists served science with the intention of discovering the universe that God had created - a paradigm that was first developed and implemented in the Islamic world and then incorporated into the West.


All these theist scientists thought about the creation of the heavens and the earth and investigated in the awareness of God - as God decreed in the Qur'an and the Bible. The birth of science and its development were the result of this awareness.

During the nineteenth century, however, this awareness was replaced by a misconception called materialism.

References:

Harun Yahya

(7) Galileo Galilei, quoted in: Mike Wilson, "The Foolishness of the Cross," Focus Magazine)

(8) Johannes Kepler, quoted in: J.H. Tiner, Johannes Kepler-Giant of Faith and Science (Milford, Michigan: Mott Media, 1977), p. 197

(9) Sir Isaac Newton, Mathematical Principles of Natural Philosophy, Translated by Andrew Motte, Revised by Florian Cajore, Great Books of the Western World 34, Robert Maynard Hutchins, Editor in chief, William Benton, Chicago, 1952:273-74

(10) Blaise Pascal, Pensees, No. 233

Sabtu, 07 Januari 2012

KEAJAIBAN HUJAN Part I




Hujan merupakan salah satu perkara terpenting bagi kehidupan di muka bumi. Ia merupakan sebuah prasyarat bagi kelanjutan aktivitas di suatu tempat. Hujan–yang memiliki peranan penting bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia–disebutkan pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an mengenai informasi penting tentang hujan, kadar dan pengaruh-pengaruhnya.

Informasi ini, yang tidak mungkin diketahui manusia di zamannya, menunjukkan kepada kita bahwa Al-Qur’an merupaka kalam Allah. Sekarang, mari kita kaji informasi-informasi tentang hujan yang termaktub di dalam Al-Qur’an.

Kadar Hujan

Di dalam ayat kesebelas Surat Az-Zukhruf, hujan dinyatakan sebagai air yang diturunkan dalam “ukuran tertentu”. Sebagaimana ayat di bawah ini:

“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf, (43):11)

“Kadar” yang disebutkan dalam ayat ini merupakan salah satu karakteristik hujan. Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detiknya.

Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Hal ini menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus bersirkulasi dalam sebuah siklus seimbang menurut “ukuran” tertentu.

Pengukuran lain yang berkaitan dengan hujan adalah mengenai kecepatan turunya hujan.

Ketinggian minimum awan adalah sekitar 12.000 meter. Ketika turun dari ketinggian ini, sebuah benda yang yang memiliki berat dan ukuran sebesar tetesan hujan akan terus melaju dan jatuh menimpa tanah dengan kecepatan 558km/jam.

Tentunya, objek apapun yang jatuh dengan kecepatan tersebut akan mengakibatkan kerusakan.

Dan apabila hujan turun dengan cara demikian, maka seluruh lahan tanaman akan hancur, pemukiman, perumahan, kendaraan akan mengalami kerusakan, dan orang-orang pun tidak dapat pergi keluar tanpa mengenakan alat perlindungan ekstra.

Terlebih lagi, perhitungan ini dibuat untuk ketinggian 12.000 meter, faktanya terdapat awan yang memiliki ketinggian hanya sekitar 10.000 meter. Sebuah tetesan hujan yang jatuh pada ketinggian ini tentu saja akan jatuh pada kecepatan yang mampu merusak apa saja.

Namun tidak demikian terjadinya, dari ketinggian berapapun hujan itu turun, kecepatan rata-ratanya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika mencapai tanah. Hal ini disebabkan karena bentuk tetesan hujan yang sangat istimewa. Keistimewaan bentuk tetesan hujan ini meningkatkan efek gesekan atmosfer dan mempertahankan kelajuan tetesan-tetesan hujan krtika mencapai “batas” kecepatan tertentu.

(Saat ini, parasut dirancang dengan menggunakan teknik ini).

Tak sebatas itu saja “pengukuran” tentang hujan. Contoh lain misalnya, pada lapisan atmosferis tempat terjadinya hujan, temperatur bisa saja turun hingga 400oC di bawah nol. Meskipun demikian, tetesan-tetesan hujan tidak berubah menjadi partikel es.

(Hal ini tentunya merupakan ancaman mematikan bagi semua makhluk hidup di muka bumi.)

Alasan tidak membekunya tetesan-tetesan hujan tersebut adalah karena air yang terkandung dalam atmosfer merupakan air murni. Sebagaimana kita ketahui, bahwa air murni hampir tidak membeku pada temperatur yang sangat rendah sekalipun.

To Be Continued

Sumber: Harun Yahya